Tahun 2001 ketika bertugas di Kabupaten Sukoharjo tidak
sengaja ada kesempatan meninjau satu lokasi di kawasan Jumapolo dan sempat
bermimpi suatu saat ingin memiliki sebidang tanah untuk dijadikan semacam kebun
buah kecil-kecilan sebagai bekal pensiun kelak. Namun seiring waktu berlalu dan
kesibukan kerja maka keinginan itupun tinggal keinginan yang tidak tahu kapan
mewujudkannya.
Tahun 2010 disaat sedang melakukan renovasi kantor dengan memanfaatkan ruang
terbuka untuk membuat taman yang berfungsi selain sebagai penghijauan juga tempat
untuk melepas kepenatan disela-sela waktu bekerja, saya ngobrol dengan Pak
Parman yang menyediakan tanaman dan sekaligus mengerjakan taman. Bermula dari obrolan ngalor ngidul akhirnya
ada kesepakatan untuk melakukan satu kerjasama dengan menanam buah melon. Pak
Parman sebagai pengelola kebun dengan menyediakan lahan dan bibit sedangkan
kami menyediakan sejumlah uang sebagai investasi. Dari pengalaman dan cerita
beberapa orang yang telah lebih dulu menanam buah melon memang menjanjikan
keuntungan yang menggiurkan. Namun demikian cerita manis tidak selalu berakhir
dengan hasil yang manis pula. Ketika waktu mendekati panen ternyata ada
perubahan musim yang membuyarkan mimpi untuk menangguk keuntungan yang
berlipat. Satu bulan sebelum panen yang seharusnya kalau musim kemarau hujan
tidak / jarang turun tetapi justru disaat itu hujan turun lumayan sering
sehingga membuat buah yang siap panen menjadi sebagian besar busuk. Pelajaran
pertama sudah didapat yakni MENGENALI USAHA YANG SEDANG DIGELUTI.
Kegagalan tidak membuat langkah menjadi surut,
justru keinginan untuk berkebun semakin menggelora. Sambil mengumpulkan modal
maka pada tahun 2011 mulai terpikirkan untuk memiliki sebuah “perkebunan mini” yang dikelola atau
diawasi sendiri. Namun pada saat itu belum memiliki cukup waktu untuk memenuhi ‘cita-cita’
tersebut. Awalnya yang
terpikir adalah menanam buah-buahan, disamping memenuhi kebutuhan nutrisi dari
bahan makanan berserat, juga harga buah-buahan di Indonesia lumayan bagus, sehingga
pada saatnya nanti ada kesibukan dikala mengisi waktu luang apabila saatnya pensiun tiba. Maklum saja dengan
ritme kerja seorang pegawai yang 8 jam sehari pastinya nanti akan terasa
apabila sudah pensiun. Namun demikian
muncul kegamangan untuk menentukan kegiatan apa yang benar-benar bisa
dikerjakan dengan sepenuh hati? Pertanyaan itu yang muncul pada saat itu, Berbekal kegemaran akan buah
durian dan hobi bertanam maka terbersitlah untuk memiliki kebun buah durian.
Sepertinya kok mudah sekali ya mengelola kebun durian. Tetapi ternyata?!
Investasi awal tentu saja ketersediaan
tanah produktif. Mempertimbangkan jarak, harga yang sesuai dengan kemampuan
ekonomi dan tingkat kesuburan maka pada tahun 2012 terbelilah sebidang tanah dengan luas 2815 M2 di Dk. Pijenan Ds. Bakalan, Kec Jumapolo, Kab
Karangnyar. Dari keisengan
dan kenekatan serta keinginan
kuat untuk memiliki pohon durian yang banyak menjadi latar belakang keputusan
mewujudkan kebun durian ini.
Tanah ini blm layak disebut kebun buah pada awalnya, karena
kondisinya masih sangat membutuhkan perawatan dan usaha yang sangat ekstra.
Namun pada saat pembelian telah ada kurang lebih 2 pohon durian lokal varietas dari daerah Jumapolo. Berbekal pengetahuan
secara otodidak dan membaca
buku serta keingintahuan yang besar, maka upaya menambah ilmu dilakukan dengan banyak bertanya kepada petani durian sekitar.
Kurang lebih tahun 2013 saya mulai sering mendatangi tempat-tempat yang menjual bibit buah-buahan khususnya durian (salah satunya di Mojogedang, tempat Pembibitan durian milik Dinas Pertanian Propinsi). Berbekal rasa ingin tahu dan kemauan untuk belajar maka banyak menimba ilmu dari orang-orang yang sudah terlebih dahulu berkiprah di dunia pertanian menjadi keharusan untuk menambah wawasan. Salah satu diantaranya berbagi pengalaman dengan Pak Tri selaku pengelola dan sekaligus penanggung jawab Kebun Durian Mojogedang.
Selain hobi mengkonsumsi
durian dimana di Kebun Durian
Mojogedang sering dijadikan tempat untuk mencari durian, pak Tri juga menyediakan bibit
pohon durian. Bibit durian yang saya tanam di awal adalah durian montong, Matahari dan Cane sebanyak 30 pohon
ukuran tinggi 25 cm. Namun karena tidak mempertimbangkan musim dan
kondisi cuaca serta berbekal
coba-coba maka hanya tersisa
5 batang pohon durian yang dapat bertahan hidup.
Pengalaman tersebut tentu saja menjadikan rasa penasaran dan keinginan untuk sukses menanam durian semakin tinggi. Pengelolaan diserahkan kepada warga sekitar, dengan pengawasan yang belum rutin dilakukan menjadikan belum
suksesnya penanaman ini. Pelajaran kedua adalah : KUASAI PERMASALAHAN DENGAN TERJUN LANGSUNG.
Selain bibit durian, saya juga
penasaran dengan tanaman atau buah yang khas dari masing-masing daerah. Untuk
itu setiap saya berkunjung ke suatu tempat maka saya akan coba untuk mencari
bibit buah atau tanaman yang khas dari daerah tersebut.
Informasi lain baik dari internet
dan buku menjadikan keinginan ini semakin besar. Upaya pembelian bibit cengkeh dan
Kayu sengon pernah dilakukan ketika sedang Dinas di Purwokerto.
Namun ternyata belum berhasil juga. Faktor utama penyebabnya adalah belum konsisten dalam pengelolaan dan
fokus terhadap apa yang dilakukan sehingga terkesan hanya sebagai kegiatan
sampingan saja.
Hobi bercocok tanam dan budidaya tanaman pangan
rupanya menjadi hobi yang tidak bisa dihilangkan. Selalu saja muncul keinginan
untuk mencoba hal-hal yang belum pernah dilakukan dan berusaha untuk
mewujudkannya. Salah satu diantaranya adalah mencoba budi daya Jamur Tiram dan
Jamur Kuping yang bibitnya di ambil dari daerah Polokarto dimana daerah
tersebut terkenal sebagai daerah sentra Jamur di Sukoharjo.
Berbekal seratus
baglog sebagai sarana untuk menimba ilmu tentang budi daya jamur secara
otodidak dan pengetahuan dari internet dimulailah proyek coba-coba ini. Awalnya
bisa berhasil dengan bagus dan tumbuh jamur tiram yang besar-besar dan tebal
dagingnya. Ini membuat kegembiraan tersendiri karena hamper setiap hari
mengkonsumsi jamur dengan variasi olahan sesuai selera. Namun demikian kendala
utama yakni belum bisa focus dalam mengelola jamur tersebut maka lama-kelamaan
hasilnya menurun dan akhirnya banyak yang yang terkena hama penyakit.
-- part 1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar